Ramalan Mbak You 2021- The prediction of Indonesia's "Mbak You" there will be looting

“Penjarahan besar, politik memanas, mungkin pergantian presiden, sudah mulai tanda-tandanya, mulai dari daerah ke atas. Sudah mulai memanas semuanya, memang ada pergantian. Konflik dan kejahatan atau hal yang menyangkut penjarahan akan ada di 2021. Penjarahan besar, ada politik memanas." Mbak You

Terjadi sebuah kehebohan di dunia media sosial dimana ramalan "Mbak You" mengenai kecelakaan pesawat dan setelah adanya kecelakaan pesawat sriwijaya air sj 182 membuat banyak orang kembali menyoroti ramalan tersebut. Begitu pula dengan ramalan lain yang disampaikan olehnya mendapat perhatian lebih besar terutama mengenai penjarahan, banyak orang mengecam dan menyampaikan ketidak setujuan terhadapnya. Lalu, bagaimana seharusnya kita memandang sebuah ramalan? Melihat suatu ramalan perlu memerhatikan dari sudut pandang agama, budaya, sosial. 

Tentu perlu seorang agamawan untuk bisa menyikapi suatu ramalan pada sudut pandang ajarannya dan kita sebagai penganut suatu agama membutuhkan peran agamawan agar kita menyikapinya sesuai dengan ajaran kita. Apakah menyikapi dengan cara kekerasan atau dengan melaporkan kepada pihak penegak hukum atau cara lain? Saya pikir semua agama tidak mengajarkan kekerasan, dan melaporkan dengan menggunakan suatu hukum perlu mengutamakan rasa kasih agar terjalin dialog supaya terciptanya ketenangan, dan kedamaian yang menyejukkan semua pihak. Bila dilihat dari sudut pandang budaya, suatu ramalan terkait penjarahan perlu disikapi dengan responsif oleh para budayawan, sultan ,dan atau ketua suku adat. Begitu pula sosiolog perlu turut bicara dalam memberikan pandangannya. Mengapa mereka harus berbicara, tentu saya meyakini bahwa merekalah yang memiliki keahlian, dan kebijaksanaan agar tidak timbulnya pemikiran yang liar. 

Mengapa hal kecil seperti ramalan penjarahan bisa membuat pemikiran liar yang memengaruhi negara? Karena dinaikkan oleh media (Baik wartawan atau netizen), dan menjadi konsumsi publik yang terkadang tidak bisa di saring dan bisa siapapun/umur berapapun menyalahartikan. Bagaimana bila tak ada agamawan, budayawan atau tokoh budaya, dan sosiolog atau tokoh yang bergerak di bidang sosial berbicara? Sebaiknya kita diam, dan tak menyebarkannya dan jangan memercayainya dengan mudah. Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah catatan kecil dari seorang penulis hebat Indonesia ;       

 "Pada akhirnya perbuatan manusia menentukan, yang mengawali dan mengakhiri"

IMAJI

A1

Share this post